Jumat, 04 Maret 2011

Mampet Tanda (Mau) Bahagia

sungai-mampet-imagesariefanwarmultiplycom1
foto : ariefanwar.multiply.com
Hidup bagaikan aliran sungai. Kadang lancar, kadang mampet.
Ketika lancar, itulah saat-saat kita diberi segala kemudahan. Uang mudah didapat, jodoh mudah dicari, pelanggan mudah diraih, anak mudah diperoleh, teman mudah ditemui…
Ketika mampet, persis seperti aliran sungai yang terhambat buangan sampah manusia. Maju enggak, mundur juga nggak bisa. Semua susah, semua sulit. Rejeki seret, jodoh nggak datang-datang, omzet nggak naik-naik, anak bertahun-tahun nggak dapat, teman kok menjauh semua…
macet-02-okezonecom1
foto : okezone.com
Hidup bagaikan jalan raya. Kadang lancar, kadang macet.
Teringat saya suatu ketika hendak bertemu seorang teman lama di kawasan Depok. Rencananya kami akan membahas suatu project bersama yang sedang kami kerjakan. Setelah mengisi suatu seminar di daerah Pasar Minggu, harapan saya… ah, paling lama 1 jam sampai di Depok nih.
Tak dinyana hujan mengguyur begitu derasnya. Mulai memasuki Tanjung Barat, jalan macet luar biasa.
“Wah, terancam sampai Depok berjam-jam lagi nih,” pikir saya.
Semua kendaraan berhenti layaknya parkir. Macet tidak bergerak. Bergerak sih, tapi paling seinci demi seinci. Kalah cepat dengan kura-kura.
Teman saya handphone-nya tidak bisa dihubungi pula. Great ! Lengkaplah sudah kebingungan saya.
Bukan apa-apa, tapi saat itu menjelang maghrib dan rumah teman saya nun jauh di ujung Bogor sana. Padahal kami janji ketemu sore jam 5. Melihat macet seperti ini, saya tidak yakin dia cukup setia menunggu saya berjam-jam lamanya, itupun seandainya saya sampai dengan selamat di Depok entah jam berapa.
Tapi saya masih penasaran, dan tidak juga buru-buru mengambil jalan pulang. Coba ah lewat sedikit sampai Lenteng Agung, siapa tau lancar, pikir saya. Lagipula, nggak lucu kalau begitu cepat menyerah.
Di tengah macet yang luar biasa tanpa bisa menghubungi sang teman lama, saya cuma bisa berdoa. Menggerakkan seluruh potensi law of attraction yang saya punya.
“Ya Allah, kalau pertemuan ini Engkau ridhai, maka mudahkanlah. Namun kalau pertemuan ini buruk menurut-Mu, maka gantilah dengan yang jauh lebih baik.”
Ternyata ?
Sesampainya di depan Tanjung Mas Raya, tampaklah nyata apa yang menyebabkan kemacetan tiada terkira. Banjir yang luar biasa ! Jalan 4 lajur, tinggal tersisa 1 saja. Pantas macet, batin saya.
Setelah berhasil melewati bottle neck banjir di Tanjung Mas Raya, alhamdulillah… jalan raya begitu lega ! Lancar. Lapang. Luas. Larilah kendaraan kami menuju Depok, dan sampai di tempat tidak berapa lama. Sekali lagi alhamdulillah, teman saya masih setia menunggu di sana.
Bisnis bagaikan sungai dan jalan raya. Kadang macet, kadang mampet.
Lho, kapan lancarnya ?
Akan ada masanya lancar, tentu saja. Tidak mungkin Tuhan begitu tega membiarkan kita terus dalam kemampetan. Setiap kemampetan adalah ujian. Yang membuat kita menjadi jauh lebih kuat dari sebelumnya.
Kalau saja ketika macet saya putus asa. Kalau saja ketika jalanan mampet saya memutar arah pulang ke rumah. Maka belum tentu project baru ini berjalan seperti sekarang.
jalan-kosong-mediaphotobucketcom

foto : media.photobucket.com
Bisnis bagaikan sungai dan jalan raya. Sesudah mampet, lancar pun tiba.
Jangan berhenti ketika pelanggan belum mau datang. Jangan putus asa ketika hutang melilit seluruh tubuh kita. Jangan meledak ketika pesaing merangsek tanpa etika. Jangan pernah berhenti menjadi pengusaha.
Karena mampet ternyata adalah tanda kita hampir sampai di puncaknya. Sebab ternyata, di ujung kemacetan yang luar biasa, ada jalan lapang yang luas tiada berhingga.
Usaha Anda mampet ? Berucaplah alhamdulillah. Karena insya Allah itulah tanda-tanda, tak lama lagi Anda meraih sukses dan bahagia…