"Ekspor Indonesia diperkirakan akan naik, terutama pada sektor energi, besi, dan baja."
VIVAnews - Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan akan mengawasi impor bahan segar dari Jepang lebih ketat.
"Kita khwatirkan impor makanan segar dari Jepang, ketimbang makanan jadi, terutama untuk yang dikirimkan Maret," kata Menteri Mari Elka Pangestu di Jakarta, 22 Maret 2011.
Meski begitu, ia mengaku nilai perdagangan untuk impor bahan mentah dari Jepang masih terlalu kecil. Kementerian hingga kini belum melarang impor dari Jepang. "Kami tidak melarang tapi kami lebih peduli dengan keamanan konsumsi," ujar Mari Elka.
Dia mengakui, kekhawatiran ini dipicu adanya radiasi nuklir yang melanda Jepang, pasca-bocornya reaktor nuklir akibat bencana gempa dan tsunami dua pekan lalu.
Namun, Mari menuturkan, pihaknya tidak terlalu khawatir dengan makanan jadi dari Jepang. "Makanan jadi kan sudah melalui proses dan mereka dikirim ke Indonesia jauh sebelum bencana terjadi," kata dia.
Sampai saat ini, kata Mari, pemerintah belum menemukan laporan adanya barang impor yang terkena radiasi nuklir. "Sampai saat ini belum ada laporan adanya gangguan," ujarnya.
Ia menambahkan, bencana alam Jepang kali ini berbeda dengan gempa Kobe tahun 1995. Kerugian akibat gempa Sendai setara dengan enam persen produk domestik brutto Jepang. Sedangkan gempa Kobe jumlah kerugian setara dengan 12 persen PDB Jepang. "Ekspor masih berjalan. Untuk sementara turun tapi kuartal III akan kembali lagi, begitu Jepang mulai rekonstruksi," kata Mari.
Pada saat ini, Mari menuturkan, ekspor Indonesia diperkirakan akan naik, terutama pada sektor energi, besi, dan baja. "Semen ada peluang untuk ekspor terkait rekonstruksi mereka," ujarnya.
Guna menyiasati hal ini, Kementrian Perdagangan terus memantau pergerakan ekspor Indonesia ke Jepang. "Kami tengah membuat assessment, termasuk dengan atase kita di Jepang untuk masalah ini," kata Mari.
Meski begitu, ia mengaku nilai perdagangan untuk impor bahan mentah dari Jepang masih terlalu kecil. Kementerian hingga kini belum melarang impor dari Jepang. "Kami tidak melarang tapi kami lebih peduli dengan keamanan konsumsi," ujar Mari Elka.
Dia mengakui, kekhawatiran ini dipicu adanya radiasi nuklir yang melanda Jepang, pasca-bocornya reaktor nuklir akibat bencana gempa dan tsunami dua pekan lalu.
Namun, Mari menuturkan, pihaknya tidak terlalu khawatir dengan makanan jadi dari Jepang. "Makanan jadi kan sudah melalui proses dan mereka dikirim ke Indonesia jauh sebelum bencana terjadi," kata dia.
Sampai saat ini, kata Mari, pemerintah belum menemukan laporan adanya barang impor yang terkena radiasi nuklir. "Sampai saat ini belum ada laporan adanya gangguan," ujarnya.
Ia menambahkan, bencana alam Jepang kali ini berbeda dengan gempa Kobe tahun 1995. Kerugian akibat gempa Sendai setara dengan enam persen produk domestik brutto Jepang. Sedangkan gempa Kobe jumlah kerugian setara dengan 12 persen PDB Jepang. "Ekspor masih berjalan. Untuk sementara turun tapi kuartal III akan kembali lagi, begitu Jepang mulai rekonstruksi," kata Mari.
Pada saat ini, Mari menuturkan, ekspor Indonesia diperkirakan akan naik, terutama pada sektor energi, besi, dan baja. "Semen ada peluang untuk ekspor terkait rekonstruksi mereka," ujarnya.
Guna menyiasati hal ini, Kementrian Perdagangan terus memantau pergerakan ekspor Indonesia ke Jepang. "Kami tengah membuat assessment, termasuk dengan atase kita di Jepang untuk masalah ini," kata Mari.
Tidak hanya itu, pihaknya juga akan bertemu dengan asosiasi-asosiasi untuk melihat dampak terhadap bisnis.