Selasa, 22 Maret 2011

BAHAYA NUKLIR JEPANG BISA SAMPAI KE INDONESIA?

Pembangkit nuklir Jepang yang meledak
Akibat diguncang gempa 8,9 SR (direvisi pemerintah Jepang menjadi 9 SR) disusul tsunami, reaktor nuklir di Tokyo Electric Power Fukushima Daiichi, Fukushima meledak. Pantauan para saksi di Fukushima, ledakan terlihat di pengilangan reaktor unit 1. Sedangkan empat reaktor lainnya, hingga kini dikabarkan masih aman.
Kantor berita AFP pada Sabtu (12/3) memberitakan, terlihat ada asap yang keluar pengilangan Fukushima unit 1 dan level radioaktifnya meningkat hingga 20 kali di atas batas ambang normal. “Kemungkinan para pekerja bisa menstabilkan situasi di pengilangan nuklir di Fukushima Daiichi dan jika listrik kembali maka pendingin akan kembali,” demikian kata Peter Hayes, seorang ahli nuklir.
Kedutaan Besar RI (KBRI) di Tokyo juga mengabarkan bahwa akibat ledakan di pengilangan reaktor I di Fukushima, terus meluas. Pemerintah Jepang juga sudah memperluas daerah aman dari 10 menjadi 20 kilometer dari lokasi kejadian. “Radius daerah yang perlu diamankan melebar hingga 20 km,” tulis KBRI di Tokyo melalui akun twitter, @KBRITokyo.
Media Televisi NHK mengabarkan bahwa tingkat radiasi yang terjadi di Prefektur Fukushima sebesar 1.015 mircrosieverts per jam. Besaran radiasi tersebut didapatkan saat dilakukan pengukuran di dekat stasiun Nomor 1 PLTN Fukushima.
Pengukuran tersebut dilakukan satu jam setelah ledakan terjadi. Hasilnya, tingkat radiasi, setara dengan jumlah radiasi yang diperbolehkan orang biasa menerimanya dalam satu tahun.
Badan Keselamatan Industri Nuklir Jepang, saat ini berjuang untuk menghentikan kebocoran. Tim juga menentukan rincian ledakan yang terjadi. Sedangkan operator Perusahaan Pembangkit Listrik Tokyo Electric Power mengatakan empat orang terluka akibat ledakan di Fukushima.


Sampai Indonesia 
Akibat ledakan di reaktor nuklir Fukushima, diprediksi bisa berdampak hingga ke Indonesia. Uap limbah reaktor nuklir yang meledak dapat tertiup angin hingga ribuan kilometer bahkan Sampai di Indonesia.
“Tragedi Chernobyl itu radioaktifnya bisa terbawa angin hingga ke Skotlandia di kawasan Eropa Barat, kemungkinan itu bisa jadi ada (sampai ke Indonesia),” ujar Jubir Greenpeace Asia Tenggara, Hikmat Soeriatanuwijaya kepada Tribunnews.
Meski begitu, Hikmat belum dapat memastikan waktu yang ditempuh uap nuklir tersebut saat terhembus angin di udara. pihaknya mengaku baru akan melakukan penelitian tentang hal tersebut. Akan tetapi, melihat tragedi Chernobyl, efek negatif setelah tibanya uap di suatu tempat yang dirasakan bisa dalam jangka waktu yang lama yaitu sampai 30 tahun. “Dampaknya itu lama sampai 30 tahun kalau sudah kena radiasi radioaktif nuklir,” jelasnya.
Lebih jauh Hikmat menjelaskan efek jangka pendek yang bisa dirasakan atas radiasi limbah nuklir tersebut bisa berupa kematian pada saat itu juga. Sementara untuk jangka panjang adalah seperti penyakit kanker kulit.
Berkaca pada pengalaman tragedi Chernobyl, Ukraina dan di Fukushima, Jepang sudah saatnya Indonesia tidak menggunakan nuklir sebagai pembangkit tenaga listrik alternatif selain air.
“Kita selalu menyerukan jangan pakai nuklir, Indonesia kan melimpah anugerah energinya,” ujar Hikmat.
Darurat Jepang Pejabat pemerintah Jepang memastikan jika kebocoran nuklir di sejumlah pengilangan di Jepang tak akan separah seperti kebocoran nuklir Chernobyl.
“Tak ada akan ada bencana Chernobyl di reaktor. Kehilangan daya dukung pendinginan berarti naiknya suhu tetapi itu juga akan menghentikan proses reaksi,” ujar Naoto Sekimura, seorang profesor dari Universitas Tokyo.
Staf Komisi Keamanan Nuklir Jepang, Ryohei Shiomi, mengatakan bahwa bocornya reaktor nuklir di pengilangan kemungkinan bisa terjadi. Hancurnya kilang ini setelah diguncang gempa berkekuatan 9 skala Richter (SR) dan menimbulkan gelombang tsunami setinggi 10 meter.
Shiomi mengatakan kemungkinan kebocoran itu terjadi di pengilangan Fukushima Dai-ichi yang kehilangan kemampuan pendinginan akibat gempa berkekuatan hebat itu.
Shiomi menegaskan jika adanya kebocoran namun hal itu tidak akan memberikan efek ke manusia dalam radius 10 kilometer dari lokasi pengilangan.
Murakami Tomoko, pemimpin kelompok energi nuklir di Japan Institute of Energy Economics, mengatakan tampaknya tidak akan menjadi bahaya buntut kebocoran radiasi. “Jika batang bahan bakar yang terkena, itu tidak berarti itu akan mulai mencair segera,” katanya.
“Bahkan jika batang bahan bakar meleleh dan tekanan di dalam reaktor terbentuk, radiasi tidak akan bocor selama fungsi reaktor wadah berfungsi dengan baik,” tambahnya.
Mark Hibbs, seorang ahli nuklir di Carnegie Endowment for International Peace, memperingatkan bahwa situasinya bisa berubah menjadi gawat. “Ini bukan bahan tertawaan,” katanya.
Dia mengatakan ada masalah serius di Jepang apakah pendinginan inti dan penghapusan sisa-sisa panas bisa dipastikan berfungsi. “Jika itu tidak terjadi, jika panas tidak hilang, ada bahaya pasti dari bahan bakar lelehan inti , akan panas, menjadi rusak dan meleleh ke bawah.” Atas peristiwa tersebut, pemerintah Jepang kini berjuang keras untuk mencegah terjadinya kerusakan berikut di empat reaktor lainnya.
Kerusakan berawal akibat pusat pengembangan nuklir di Fukushima Daiichi, Unit I, tak bisa dikendalikan tekanan panasnya. Gempa dan tsunami membuat aliran listrik ke lokasi itu terputus sementara generator tak bisa berfungsi. Akibatnya, sistem pendinginan tak bisa berjalan sebagaimana mestinya