Selasa, 22 Maret 2011

Finalis Muslim 'Miss Inggris' Terima Ancaman

Shanna Bukhari, finalis Miss Inggris.  
VIVAnews – Shanna Bukhari, finalis 'Miss Inggris' yang berharap dapat mewakili Inggris di ajang kontes kecantikan global 'Miss Universe', mengaku mendapat kiriman e-mail bernada kebencian. Ia juga menerima pesan-pesan ancaman menakutkan. Penyebabnya karena latar belakang Shanna yang merupakan seorang gadis muslim.

Dia pun kini menyewa pengawal pribadi untuk menjamin keamanan dirinya.  Shanna bahkan tidak pernah lagi bepergian seorang diri.  “Memang tidak enak, tapi saya harus bijaksana,” katanya kepada The Sun.

Apapun situasi tidak mengenakkan yang harus ia terima, tegas Shanna, ia akan terus melanjutkan mimpinya menjadi gadis muslim pertama yang mewakili Inggris di 'Miss Universe'. Namun gadis berusia 25 tahun itu menyatakan akan melapor ke polisi apabila ia menerima ancaman lagi.  Apalagi, ancaman itu dia rasakan menjadi lebih serius karena dikirim juga ke teman-temannya yang mendukung dia.

“Ancaman itu agak mengganggu dan cukup menakutkan. Memang beberapa di antaranya bukan ancaman yang ditujukan langsung kepada saya, tapi tetap saja menakutkan,” ia menuturkan.
Hidup dirasa Shanna begitu berubah sejak Agustus 2010 lalu, ketika ia diumumkan menjadi satu di antara 60 gadis yang lolos dan akan bertarung memperebutkan mahkota 'Miss Inggris' di Birmingham.

Shanna menjadi berita utama di India dan Pakistan. Mereka terkejut melihat gadis dengan latar belakang Asia berhasil menjadi kontestan kompetisi kecantikan di Inggris. Mereka lebih terkejut lagi karena Shanna adalah seorang muslim.

Shanna sadar fakta bahwa ia muslim menjadikan dia pusat perhatian. “Orang lain membawa-bawa soal agama. Tapi saya tidak melabeli diri saya sendiri.  Saya hanya ingin mewakili semua gadis muda, apapun latar belakang etnis dan agama yang mereka miliki."

Menjadi selebriti dalam semalam membuat Shanna harus belajar beradaptasi dengan cepat.  Ia menerima 300 pesan per hari lewat facebook dari seluruh dunia. “Hanya satu persen yang berisi pesan negatif, termasuk ancaman dan kebencian. Sisanya brilian, saya mendapat dukungan dari penduduk di negara lain, sebagian besar di India dan Pakistan,” ujar anak keenam dari tujuh bersaudara itu.

Sarjana sastra Inggris itu sendiri memiliki akar di Pakistan, karena keluarganya berasal dari Islamabad. Sampai saat ini, Shanna masih merasakan ikatan kuat dengan Pakistan. Ia mengunjungi negeri itu setiap dua atau tiga bulan sekali. Tapi ia mengatakan, rumahnya yang sebenarnya adalah Inggris, tempat ia dilahirkan. Shanna lahir di Blackburn dan dibesarkan di Manchester.

Terkait sejumlah ancaman yang ia terima, Shanna mencoba tenang. “Islam adalah tentang kedamaian. Mengancam saya saja adalah tindakan yang salah dalam Islam." 
Shanna juga mengingatkan, Inggris terdiri dari masyarakat multikultural.  “Saya tidak menghakimi siapapun, maka tidak ada orang yang punya hak untuk menghakimi saya. Kita hidup dengan cara kita masing-masing, dan Inggris bukan negara muslim."